Selasa, 27 Mei 2008

UDARA KESEHATAN LINGKUNNGAN


GAMBAR Q SAAT DI SURABAYA DI PT SIER INDONESIA, INDOFOOD, PETRO KIMIA, SEMEN GRESIK DLL

Udara merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia serta mahluk lain. Kebutuhan udara ini akan berlangsung terus menerus dan setiap waktu. Namun bila udara tersebut telah tercemar oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, maka akan memberikan pengaruh secara langsung pada manusia. Pencemaran udara tidak dapat kita hindari, kualitas udara telah mengalami perubahan. Pencemaran udara berasal dari industri, kendaraan bermotor dan kegiatan dari rumah tangga.

Perkembangan kendaraan bermotor dan industri yang pesar dewasa ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif memang diharapkan oleh manusia adlam rangka meningkatkan kualitas kenyamanan hidup. Sementara itu dampak yang bersifat negatif tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup, sehingga harus dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Beberapa dampak lingkungan yang terjadi akibat laju pembangunan antara lain pencemaran udara terutama dari kendaraan bermotor.

Pencemaran udara di Indonesia terutama di kota-kota besar diperkirakan sampai 70% berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, sementara itu polusi udara dari kendaraan bermotor dengan bahan bahan bensin (spark ignition engine) menyumbang 70% karbon monoksida (CO), 100% plumbum (Pb), 60% hidrokarbon (HC), dan 60% oksida nitrogen (NOx) (Anonim, 2004).

Berikut ini adalah jumlah kendaraan bermotor di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2004-2006 terus mengalami peningkatan yang cukup berarti dari tahun-ketahun.

Table 1

Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY

Tahun 2004-2006


No

Jenis Kendaraan

2003

(unit)

2004

(unit)

2005

(unit)

2006

(unit)

1

Mobil penumpang

187.691

78.817

82.705

84.786

2

Mobil Beban

30.007

34.031

35.670

36.830

3

Mobil Bus

1.086

9.968

14.685

17.756

4

Sepeda Motor

11.983

755.116

843.077

917.711



230.767

877.917

976.137

1.057.083


Dalam kurun waktu satu tahun 2003-2004, jumlah kendaraan bermotor di Provinsi DIY mengalami kenaikan hingga 647.150 unit, tahun 2004-2005 mengalami kenaikan 98.220 unit, serta tahun 2005-2006 naik 80.946 unit. Maka dikhawatirkan tinggi angka kenaikan tersebut akan menambah beban jalan raya, memperparah kemacetan lalu lintas dan juga bisa menyebabkan pencemaran udara yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan. Diketahuinya bahwa kendaraan antara roda dua dan roda empat jumlahnya lebih banyak roda dua, maka peneliti ingin mencoba menliti dengan mendesain atau inovasi knalpot sepeda motor dengan media yang bersifat absorbsi. Khususnya kendaraan bermesin 4 tk, diketahui bahwa kendaraan 4 tak jumlahnya lebih banyak dari pada 2 tak.

Sejalan dengan kenaikan jumlah kendaraan bermotor tersebut menyebabkan kenaikan jumlah konsumsi bahan baker minyak, sehingga berakibat gas kendaraan bermotor CO, HC, NOx, Sox dan partikulat Pb meningkat pula.

Berbagai jenis kendaraan atau alat transportasi setiap hari lalu lalang memadati ruas-ruas jalan tertentu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal inilah yang dikhawatirkan menurunkan kualitas udara yang signifikan. Pencemaran udara yang terjadi di hamper seluruh jalan Kota Yogyakarta, menurut Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota (KPDL, 2005) sebagian besar disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan berbahan baker bensin. Dijelaskan lagi bahwa sebagian jalan yang mengalami pencemaran ntara lain di simpang empat jalan Magelang, simpang empat Wirobrajan, simpang empat Galeria Mall, simpang empat Mirota Kampus, DPRD Provinsi DIY jalan Malioboro dan beberapa rusa jalan yang lain. Akibat secara riil dari tercemarnya udara itu antara lain meningkatnya penderita penyakit infeksi saluran pernafasan (Fia, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan selama lima tahun (1997-2002) di Provinsi DIY oleh Bapedalda Provinsi DIY dan diperkuat dengan hasil penelitian kualiktas udara ambient, menunjukkan adanya indikasi terus meningkatnya bebn pencemar di udara, baik dalam bentuk gas maupun dalam bentuk partikulat. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pencemaran CO mempunyai kandungan beban pencemaran udara yang paling tinggi, yaitu sekitar 72,4%, kemudian disusul pencemar HC dengan beban pencemarn sebesar 26,6% (Bapedalkda, 2003). Pada pemantauan kualitas udara ambient bulan April 2005 oleh KPDL Kota Yogyakarta, kadar CO sudah mencapai 27.550,0 µg/m3 atau mendekati baku mutu 30.000 µg/m3 serta berdasarkan hasil pengujian emisi kendaraan bermotor di wilayah Kota Yogyakarta tahun 2006 oleh Bapedalda dari jumlah 450 sepeda motor yang diuji sebsar 390 buah atau 87% yuang memenuhi baku mutu emisi kendaraan bergerak dan 60 buah atau 13% yang tidak memenuhi baku mutu emisi kendaraan bergerak sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor 167 Tahun 2003. kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena angka jumlah kendaran bermotor di DIY setiap tahun mengalami kenaikan.

Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO, sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (Wardhana, 2004). Pengaruh CO terhadap tubuh manusia terjadi karena reaksi antara O dengan hemoglobin (Hb) membentuk karboksihemoglobin (COHb) dalam darah, sehingga kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang, karena kestabilan COHb kira-kira 140 kali lebih besar daripada kestabilan oksihemolglibin (O2Hb). Konsentrasi COHb sebesar 10% - 80% dapat menimbulkan pengaruh yang fatal bagi tubuh manusia, yaitu kepala terasa pusing, mual, pandangan berkunang-kunang, pingsan, sesak atau kesukaran bernafas (asfiksia), bahkan bisa sampai menyebabkan kematian (Sunu, 2001).

HC jika berada di udara dalam jumlah yang banyak dan tercampur dengan bahan pencemar lain maka sifat toksiknya akan meningkat karena membentuk ikatan-ikatan baru dengan bahan pencemar lainnya yang disebut Polycyclic Aromatic Hidrocarbon (PAH) yang akan merangsang terbentuknya sel-sel kanker apabila terhisap ke dalam paru-paru (Wardana, 2004). Sementara itu pada hasil uji udara Tahun 2005 oleh Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta dikethui bahwa kadar HC rata-rata 186,1 µg/m3 hal ini sudah melebihi baku mutu udara ambient 160,0 µg/m3 (KPDL, 2005). Emisi HC dan CO dapat dikendalikan dari sumbernya dengan empat metode yaitu insinerasi, adsorbsi, absorbsi, dan konensasi (Sunu, 2001)

Salah satu media yang bersifat adsorbsi adalah arang aktif dan breksi batu apung. Breksi batu apung mempunyai struktur berpori-pori atau memiliki lorong-lorong sehingga memungkinkan terjadinya absorbsi molekul-molekul yang lebih kecil dari garis tengah saluran lorong tersebut (Anonim, 1997).

Arang aktif yaitu arang yang diproses sehingga mempunyai daya adsorpsi yang tinggi. Arang aktif dapat mengadsorbsi gas, hal ini dikarenakan daya afinitasnya yang tinggi (LIPI, 2005).

Glass wool, merupakan semacam kapas berserat mempunyai daya tahan panas yang tinggi, fungsi dari glass wool pada knalpot bersifat meredam suara, knalpot tidak cepat keropos dan cepat panas dan juga dapat sebagai filter (Afri, 2005)

Berdsarkan pertimbangan di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan cara menambahkan bahan absorben arang aktif dan breksi batu apung sebagai media penurunan kadar emisi CO dan HC sedangkan glass wool berfungsi sebagai meredam suara dan knalpot tidak cepat panas.

Di Posting Oleh Dorin Mutoif Poltekkes Depkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan

D/a : Munggu, RT 02 / RW 02 Gang Mlaten No 02 No Rumah 05, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia Kode Pos 54382




Tidak ada komentar: