Pengambilan Angka Kuman Lantai Di Jogja Internasional Hospital
Dorin Mutoif, Kustiyantono, dan Meylani
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dsari berbagai sumber seperti tanah, udara, sampah, lumpur, tanaman hidup maupun mati, hewan hidup maupun mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikrooganisme tersebut mungkin bisa tahan lama di dalam air, atau tidak tahan lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok.
Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibro cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disentri basiler, Salmonella typhosa penyebab tifus dan S. parathyphi penyebab paratifus, virus polio dan hepatitis dan Entamoeba histolitica penyebaba disentri amuba. Untuk mencegah penyebaba penyakit melalui air perlu dilakukan control terhadap polusi air.
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permuklaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air) air tergenang, air laut, dan sebaginya.
1. Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permuklaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air) air tergenang, air laut, dan sebaginya.
2. Komponen nutrien dalam air
Air, terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, air mengandung besi dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh bekteri besi yaitu Ferrobacillus (F. ferrooxidans), air yang mengandung H2S sering ditumbuhi oleh bakteri belerang yaitu Thiobacillus (T. thiooxidans), dan air yang mengandung metan (CH4) sering ditumbuhi oleh bakteri yang mengoksidasi metan. Mokroorganisme yang bersifat saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yag mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikrioorganisme di dalam air.
3. Komponen beracun
Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air tersebut. Sebagai contoh, air laut mengandung garam dengan konsentrasi yang terlalu tinggi untuk kehidupan kebanyakan spesies mikroorganisme. Hanya beberapa mikroorganisme yang tahan garam dapat hidup di dalam air. Hydrogen sulfide yang diproduksi oleh mokroorganisme pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya H2S dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagi donor elektron atau hydrogen untuk mereduksi karbondioksida. Selain itu komponen-komponen metalik, asam-asam organik maupun anorganik, alkohol, antibiotik, klorin, dan sebagainya dapat membunuh mikroorganime dan kehidupan lainnya di dalam air.
4. Organisme air
Adanya organisme lainnya didalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air. Sebagai contoh, plankton merupakan orgsanisme yang makan bakteri, ganggang dan plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi jumlah organisme-organisme tersebut. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri. Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh bakteri air lainnya.
5. Faktor fisik
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik air seperti suhu, ph, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari. Sebagai contoh, mikroorganisme yang dapat hidup didalam air laut adalah yang tahan terhadap tekanan osmotik tinggi.
Jumlah dan jenis mikroorganisme didalm air buangan selain dipengaruhi faktor-faktor diatas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti E. coli, streptokoki fekal, Clostridium perfringens. Air yang mengandung tanaman mati atau bangkai hewan biasanya mengadung bakteri kolifrom yang tergolong Enterobacter, sedangkan adanya sampah organik yang mengumpul pada dasar tabung sering menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerobik seprti Desulfovibrio dan Clostridium. Air yang banyak mengandung tanah sering tercemar mikroorganisme saprofit tanah seperti Spirillium, Vibrio, Sarcena, Microccus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus, khamir, kapang dan ganggang. Mikroorganisme yang sering terdapat pada air permukaan terutama adalah bakteri khromogenik seperti Serretia marcescens (merah) Flavobacterium aurantiacum (orange) Cromobacterium violaceum (violet) dan Pseudomonas fluorescens.
Air laut mengandung mikrooraginsme yang dapat dikelompkkan ke dalam dua grup, yaitu :
1). Bakterri indigenous yang tidak tumbuh pada medium tanpa air, misalnya Beggiatoa, Thiothrix, Thiovoilum dan Thiobacillus.
2). Bakteri transien yang habitat alaminya bukan air laut, tetapi tahan terhadap garam sehingga dapat hidup di dalam air laut, misalnya Bacillus, Corynebacterium, Actynomices dan Sarcina.
Selainitu di dalam air laut juga terdapat bakteri halofilik, yaitu bakteri yang membutuhkan konsentrasi garam tertentu untuk pertumbuhannya, misalnya Spirillum dan Vibro parahaemolyticus.
Air laut sering ditumbuhi ganggang pada permukaannya. Keadaan ini sering menimbulkan kondisi anaerobik pada bagian bawah airlaut tersebut, akibatnya pertumbuhan bakteri fotosintetik sulfur hijau dan ungu akan meningkat. Bakteri ini membutuhkan sinar matahari untuk fotosintesis dengan panjang gelombang yang komplementer dengan sinar yang diserap oleh pigmen ganggang.
BAKTERI INDIKATOR POLUSI
Bakteri indikator polusi atau indkator sanitai adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tertsebut merupakan organisme komensal yang terdapat di saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia dan hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan., terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan.
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari patogen, akan tetapi analisis rutin yang dilakukan terhdap semua jenis patogen dianggap tidak praktis karena berbagai alasan, diantaranya yaitu :
1) Bermacam-macam uji diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya semua jejis mkroorganisme patogen.
2) Uji-uji yang diperlukan untuk mengidentifikasi patogen pada umumnya terlalu kompleks dan memerlukan waktu relative lama
3) Jumlah patogen yang terdapat di dalam seringkali terlalu kecil sehingga diperlukan contoh dalam jumlah besar untuk dapat mendeteksinya
4) Beberapa uji patogen sensitivitasnya terlalu rendah sehingga patogen yang jumlahnya terlalu kecil seringkali tidak dapat terdeteksi
5) Beberapa uji pathogen seperti uji virus, ganggang atau parasit memerlukan keahlian tertentu dan peralatan yang sangat mahal
6) Kemungkinan bahaya yang dapat timbul dalam mengisolasi dan menguji mikroorganisme pathogen.
Karena alasan-alasan tersebut di atas dan mengingat bahwa mikroorganisme patogen kebanyakkan berasal dari kotoran, untuk mengetahui kemungkinan kontaminasi air oleh mikroorganisme patogen, uji bakteri indikator yang berasal dari kotoran dianggap lebih mudah dan praktis.
Bakteri manakah yang sering digunakan sebagai indikator polusi kotoran ? Mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator polusi kotoran adalah bakteri yang tergolong dalam Escherichia coli, streptokokus fekal, dan Clostridium perfringens. Mengapa bektri-bekteri tersebut dipilih sebagai bakteri indikator sanitasi air? Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran karena terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran manusia dan hewan, dimana bakteri tersebut merupakan bakteri komensal di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan.
2) Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas.
3) Bakteri indikator harus selalu terdapat didalam contoh di mana ditemukan mikroorganisme patogen enterik.
4) Bakteri indikator harus dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri patogen yang berbahaya.
5) Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik yang berarti tidak memberikan hasil yang salah, dan sangat sensitive yang berarti dapat mendeteksi adanya bakteri indikator dalam jumlah sangat kecil.
6) Prosedur untuk uji bakteri indicator harus relative mudah dikerjakan
7) Prosedur untuk melakukan uji bakteri indikator harus aman yang berarti tidak boleh membahyakan bagi kesehatan orang yang melakukannya.
8) Jumlah bakteri indikator harus dapt menunjukkan tingkat polusi, yang berarti kira-kira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam air.
Syarat-syarat bakteri indikator mungkin tidak selalu dapat dipenuhi karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat khlorinasi dan terhadap konsentrasi garam. Sifat-sifat masing-masing bakteri indikator perlu diketahui untuk dapat melakukan uji dengan tepat.
Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong kolifrom dan hidup secara normal didalam kotoran manusi maupun hewan, oleh karena itu disebut juga kolifrom fekal. Bakteri kolifrom lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati yang disebut kolifrom nonfekal. Misalnya Enterobactera aerogenes, E. coli adalah grup kolifrom yang mempunyai sifat dapat menfermentasi laktose dan memproduksi asam dan gas pada suhu 37º C maupun suhu 44,5 + 0,5º C dalam waktu 48 jam. Sifat ini digunakan untuk membedakan E. coli dari Enterobacter, karena Enterobacter tidak dapat mebentuk gas dan laktose pada suhu 44,5 + 0,5º C. E. coli adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacterbacteriacease,bersifat gram negative,berbentuk batang dan tidak membentuk spora.
Untuk membedakan E. coli dari E. aerogenes juga didapat dlakukan IMViC (indol,merah metal,voges–proskauer,sitrat), yaitu uji yang menunjukkan pembentukan indol dari triptofan, uji merah metil yang menunjukkan fermentasi glukose menghasilkan asam sampai pH mencapai 4,5 sehingga medium akan berwarna merah dengan adanya merah metil, uji Voges-Proskauer yang menunjukkan pembentukan asetil metil karbinol dari glukose, dan uji penggunaan sitrat sebagai sumber karbon. E. coli mempunyai sifat yang berbeda dari E. aerogenes karena pada umumnya dapat memproduksi indol dari triptopan membentuk asam sehingga menurunkan pH medium menjadi 4,5, tidak memproduksi asetil metil karbinol atau asetoin dari glucose, dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Sifat-sifat E coli lainnya yang penting adalah bakteri ini dapat memfermentasikan laktose dengan memproduksi asam dan gas, mereduksi nitrat menjadi nitrit, besifat katalase positif dan oksidase negative.
Menurut Ditrektorat Pengawasan Makanan dan Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Streptococcus fekal
Sterptococus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positip, berbentuk bulat atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang disebut juga kokobasili. Sel-sel bakteri ini terdapat dalam bentuk tunggal atau membentuk rantai memanjang. Streptococcus fekal dapatdibedakan dari Streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup didalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45ºC. Streptucocus fekal terdiri dari semua angota yang termasuk Streptococci Lansefield Grup D yaitu S.faecalis, Sfaecium,S.durans ,S bovis dan Sequinus.
Sebagai bakteri indikator, uji kontaminasi kotoran menggunakan Streptococcus fekal kadang-kadang meragukan karena beberapa bakteri yang termasuk dalam grup ini, misalnya S.faecalis varietas liquifaciens ,sering ditemukan di lingkungan diluar saluran pencernaan. Kelemahan penggunaan bakteri ini sebagai bakteri indikator adalah karena waktu inkubasi untuk bakteri ini relative lama, yaitu 48 jam atau lebih. Selain itu beberapa spesies bakteri ini tidak ditemukan didalam kotoran manusia, misalnya S.bovis dan S.equinus. kedua spesies bakteri ini hanya ditemukan didalam kotoran hewan ternak dan hewan peliharaan.
Perbandingan jumlah koliform fekal dengan streptokoki fekal di dalam kotoran manusia dan hewan peliharaan biasanya lebih besar dari 40, sedangkan di dalam kotoran hewan berdarah panas lainnya, perbandingan tersebut mungkun krang dari 0,6.
Dalam melakukan uji bakteri indikator perlu diperhatikan sensitivitas bakteri tersebut terhadap lingkungan disekitarnya. Sebagai contoh, inkubasi Streptococcus faecalis di dalam air selama 20 hari pada suhu 20ºC akan mengakibatkan jumlahnya berkurang menjadi sepersepuluhnya, sedangkan koliform fekal di dalam air dengan kondisi yang sama akan berkrang jumlahnya menjadi seperseratus kalinya. Hal ini menunjukan bahwa streptokoki fekal lebih tahan hidup di dalam air dibandingkan dengan koliform fekal.
Dari sifat-sifat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa uji bakteri indicator streptokoki fekal tepat dilakukan jika ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1) Jarak antara tempat sampling dengan tempat pengujian cukup jauh
2) Jika contoh diduga mengandung patogen yang tahan hidup di dalam air
3) Jika perlakuan desinfeksi terhadap contoh diduga sudah membunuh koliform yang kurang stabil.
Clostridium perfringens
C. perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora. Baktri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam tanah, debu, dam merupakan bagian dari mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan hewan. Bakteri ini bersifat anaerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerpbik, meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.
Sebagai bakteri indikator, uji C. perfringens paling jarang dilakukan dibandingkan dengan bakteri indikator lainnya. Hal ini disebabkan baktri ini mempunyai beberapa batasan atau kelemahan sebagai bakteri indikator, diantaranya adalah:
1) Bakteri ini membentuk spora yang tahan panas dan kering melebihi ketahanan semua bakteri patogen gram negatif dan bakteri garam positif yang tidak membentuk spora. Oleh karena itu sebagai baktri indikator tidak dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa contoh masih mengandung bakteri patogen.
2) Uji yang digunakan untuk mendeteksi C. perfringen mempunyai spesivitas rendah sehingga memungkinkan dihasilkan uji positif yang salah
3) C. perfringens merupakan bakteri patogen penyebab keracunan, oleh karena itu uji bakteri ini tidak aman.
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan uji terhadap masing-masing bakteri indikator, maka uji bakteri indikator yang paling umum dilakukan adalah uji koliform, yang kemudian dilanjutkan dengan uji koliform fekal untuk menguji adanya kontaminqsi kotoran. Jika ternyata uji koliform fekal menunjukan hasil positf, berarti contoh air yang diuji diduga juga mengandung baktrei-bakteri patogen lainnya yang sering ditemukan di dalam saluran pencernaan.
Di Posting Oleh Dorin Mutoif Poltekkes Depkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan
D/a : Munggu, RT 02 / RW 02 Gang Mlaten No 02 No Rumah 05, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia Kode Pos 54382
Tidak ada komentar:
Posting Komentar