Selasa, 27 Mei 2008

Sekilas Tentang Penyakit TBC


DORIN MUTOIF DAN AKLIS



Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu jenis

penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

"Mycobacterium tuberculosis ". Kuman ini

dapat menyerang semua bagian tubuh manusia,

dan yang paling sering terkena adalah organ

paru (90%).

Di negara-negara maju penyakit TBC yang

semula sudah dianggap tidak ada, kini mulai

timbul dan semarak, justru karena timbulnya

penyakit HIV/AIDS. Karena kondisi pertahanan

tubuh penderita HIV/AIDS sangat lemah, maka

keadaan ini mempermudah terserang penyakit

TBC.

Di Indonesia, TBC adalah penyebab kematian ke-2 setelah penyakit

jantung dan pembuluh darah lainnya. Selain dari itu Indonesia adalah

negara ke-3 di dunia yang mempunyai penderita TBC terbanyak setelah

Cina dan India.

TBC banyak terdapat di kalangan penduduk dengan kondisi sosial

ekonomi lemah dan menyerang golongan usia produktif (15-54 tahun).

Sekitar 3/4 pasien TBC adalah golongan usia produktif.

TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita dibandingkan

dengan penyakit menular lainnya.

Di seluruh dunia terdapat sekitar 2-3 juta orang meninggal akibat TBC

setiap tahunnya. Sesungguhnya kematian akibat TBC dapat dihindari.

Setiap tahun sebesar 1% dari seluruh penduduk dunia sudah tertular oleh

kuman TBC (walaupun belum terjangkit oleh penyakitnya).

Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada saat seorang

penderita TBCbatuk, bersin, meludah ataupun berbicara. Penderita TBC

yang tidak berobat dapat menularkan penyakitnya kepada sekitar 10-15

orang dalam jangka waktu 10 tahun.

Setiap tahun, terdapat 583.000 kasus baru TBC di Indonesia, dan secara

nasional setiap tahun penyakit ini dapat membunuh kira-kira 140.000

orang. Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

gambar penderita penyakit TBC

Akibat penyakit TBC pada masyarakat antara lain: * mempengaruhi

ekonomi keluarga * menambah banyaknya jumlah anak yatim atau piatu

atau yatim piatu * meningkatnya jumlah anak putus sekolah * kasus gagal

pengobatan mengakibatkan biaya pengobatan yang tinggi Tanda-tanda

penderita TBC paru: * batuk yang lama lebih dari 3 minggu * berat badan

turun * demam * keluar keringat pada malam hari * mudah lelah * hilang

nafsu makan * nyeri di bagian dada * batuk bercampur dahak/darah

Apakah TBC menular? Ya, TBC dapat menularkan kepada semua orang,

dan yang menularkan adalah mereka yang di dalam dahaknya terdapat

kuman TBC.

dengan menggunakan mikroskop, di dalam dahak ditemukan adanya kuman TBC

Kematian akibat TBC: 140.000 angka kematian per tahun terdiri dari:

* 138 kematian akibat TBC setiap hari * 16 kematian akibat TBC setiap

jam

* setiap 4 menit 1 orang meninggal akibat TBC di Indonesia Insiden TBC

menular: 262.000 orang per tahun terdiri dari:

* setiap hari minimal 717 pasien TBC menular

* setiap jam muncul 30 pasien TBC menular

* setiap menit muncul 1 pasien TBC menular Insiden seluruh kasus TBC:

580.000 orang per tahun terdiri dari:

* setiap hari muncul 1.597 pasien TBC

* setiap jam muncul 66 pasien TBC

* setiap menit muncul 1 pasien TBC baru

Siapa sajakah yang harus menjalani pemeriksaan TBC? * orang yang

diduga mempunyai gejala TBC * orang yang di lingkungannya ada yang

mengidap penyakit TBC (orang tersebut bisa jadi anggota keluarga, teman,

atau rekan sekerja, dan pembantu rumah tangga)

Apa saja yang diperiksa untuk penyakit TBC? * anamnesis (riwayat

penyakit atau keluhan) dan pemeriksaan klinis * tes Mantoux untuk

mengetahui apakah pernah terinfeksi atau belum (terutama pada anakanak)

* pemeriksaan sputum atau dahak mikroskopik dan biakan *

pemeriksaan foto rontgen paru * pemeriksaan laju endap darah

Bagaimana merawat penderita TBC hingga sembuh? * minum obat

dengan teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama 6 (enam)

bulan berturut-turut tanpa terputus * melibatkan petugas kesehatan atau

anggota keluarga untuk mengawasi dan memastikan penderita TBC minum

obat dengan teratur dan benar (Strategi DOTS)

Dasar penatalaksanaan:

Pendidikan keluarga dan peran serta keluarga untuk:

* menjelaskan bahwa penyakit TBC dapat disembuhkan

* minum obat secara teratur dan benar selama 6 (enam) bulan secara

terus menerus

* makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang * istirahat yang

cukup

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengobatan:

Relatif tidak penting:

* istirahat yang cukup

* perumahan yang sehat

* makan makanan yang bergizi

* perawatan

* iklim

* faktor psikis

Relatif penting:

* luasnya penyakit menyerang tubuh

Penting:

* jenis, jumlah dan dosis obat yang cukup

* teratur dalam menjalankan proses pengobatan

Mengapa harus melakukan pemeriksaan rutin?

Pemeriksaan rutin harus dilakukan bagi penderita penyakit TBC, agar

dapat:

* memantau kemajuan pengobatan

* mengetahui ada atau tidak adanya efek samping obat

* memeriksa kesehatan Anda dan memberikan informasi yang diperlukan

* memberikan obat-obatan

Apa yang terjadi bila tidak minum obat secara teratur?

* kuman TBC tidak mati

* timbul resistensi obat, kuman menjadi kebal

* penyakit TBC tidak sembuh

Resiko penularan:

* penderita TBC dengan bakteri dalam darah positif (+) sangat menular

* penderita TBC dengan bakteri dalam darah positif (+) setelah diobati

beberapa minggu, resiko penularannya kecil

* penderita TBC dengan bakteri dalam darah negatif (-) umumnya tidak

menular

* penularan bakteri TBC melalui udara

* orang dengan infeksi HIV, imunitas rendah mudah terserang TBC atau

penyakit lainnya

Apa yang harus dilakukan dalam pengobatan penyakit TBC?

* berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius

* berobat atau periksakan diri anda ke dokter (puskesmas, klinik paru

PPTI, rumah sakir, dokter paru) dengan teratur

* jangan menghentikan minum obat sendiri

* anggota keluarga ikut aktif dalam memperhatikan si penderita dalam

meminum obatnya secara teratur dan benar (sesuai dengan Strategi

DOTS = Directly Observed Treatments)

* bila batuk, usahakan menutup mulut

* dianjurkan meminum obat dalam keadaan perut kosong (pagi)

* makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup

Perubahan yang harus diperhatikan saat minum obat:

Efek samping pada saat meminum obat antara lain:

* kulit berwarna kuning

* air seni berwarna gelap seperti air teh

* muntah dan mual

* hilang nafsu makan

* perubahan pada penglihatan

* demam yang tidak jelas

* lemas dan kram perut

Bila Anda menjumpai salah satu gejala tersebut di atas, SEGERA

hubungi dokter Anda!!!

Efek samping dari obat-obatan TBC:

Nama Obat Efek Samping

Rifampisin

- sindrom flu: demam, malaria

- muntah, mual, diare

- kulit gatal dan merah

- SGOT/SGPT meningkat (gangguan

fungsi hati)

INH

- nyeri syaraf

- hepatitis (radang hati)

- alergi, demam, ruam kulit

Pyrazinamide

- muntah, mual, diare

- kulit merah dan gatal

- kadar asam urat meningkat

- gangguan fungsi hati

Streptomycine

- alergi, demam, ruam kulit

- kerusakan vestibuler, vertigo

(pusing)

- kerusakan pendengaran (tuli)

Ethambutol

- gangguan syaraf mata

Cara pencegahan penyakit TBC:

* hidup sehat (makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olah

raga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stres

* bila batuk mulut ditutup * jangan meludah di sembarang tempat

* lingkungan sehat

* vaksinasi pada bayi

(Sumber PPTI Pusat)

GAMBAR Q


JALAN JALAN DI PANTAI KARANG BOLONG, KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH




UDARA KESEHATAN LINGKUNNGAN


GAMBAR Q SAAT DI SURABAYA DI PT SIER INDONESIA, INDOFOOD, PETRO KIMIA, SEMEN GRESIK DLL

Udara merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia serta mahluk lain. Kebutuhan udara ini akan berlangsung terus menerus dan setiap waktu. Namun bila udara tersebut telah tercemar oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, maka akan memberikan pengaruh secara langsung pada manusia. Pencemaran udara tidak dapat kita hindari, kualitas udara telah mengalami perubahan. Pencemaran udara berasal dari industri, kendaraan bermotor dan kegiatan dari rumah tangga.

Perkembangan kendaraan bermotor dan industri yang pesar dewasa ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif memang diharapkan oleh manusia adlam rangka meningkatkan kualitas kenyamanan hidup. Sementara itu dampak yang bersifat negatif tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup, sehingga harus dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Beberapa dampak lingkungan yang terjadi akibat laju pembangunan antara lain pencemaran udara terutama dari kendaraan bermotor.

Pencemaran udara di Indonesia terutama di kota-kota besar diperkirakan sampai 70% berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, sementara itu polusi udara dari kendaraan bermotor dengan bahan bahan bensin (spark ignition engine) menyumbang 70% karbon monoksida (CO), 100% plumbum (Pb), 60% hidrokarbon (HC), dan 60% oksida nitrogen (NOx) (Anonim, 2004).

Berikut ini adalah jumlah kendaraan bermotor di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2004-2006 terus mengalami peningkatan yang cukup berarti dari tahun-ketahun.

Table 1

Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY

Tahun 2004-2006


No

Jenis Kendaraan

2003

(unit)

2004

(unit)

2005

(unit)

2006

(unit)

1

Mobil penumpang

187.691

78.817

82.705

84.786

2

Mobil Beban

30.007

34.031

35.670

36.830

3

Mobil Bus

1.086

9.968

14.685

17.756

4

Sepeda Motor

11.983

755.116

843.077

917.711



230.767

877.917

976.137

1.057.083


Dalam kurun waktu satu tahun 2003-2004, jumlah kendaraan bermotor di Provinsi DIY mengalami kenaikan hingga 647.150 unit, tahun 2004-2005 mengalami kenaikan 98.220 unit, serta tahun 2005-2006 naik 80.946 unit. Maka dikhawatirkan tinggi angka kenaikan tersebut akan menambah beban jalan raya, memperparah kemacetan lalu lintas dan juga bisa menyebabkan pencemaran udara yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan. Diketahuinya bahwa kendaraan antara roda dua dan roda empat jumlahnya lebih banyak roda dua, maka peneliti ingin mencoba menliti dengan mendesain atau inovasi knalpot sepeda motor dengan media yang bersifat absorbsi. Khususnya kendaraan bermesin 4 tk, diketahui bahwa kendaraan 4 tak jumlahnya lebih banyak dari pada 2 tak.

Sejalan dengan kenaikan jumlah kendaraan bermotor tersebut menyebabkan kenaikan jumlah konsumsi bahan baker minyak, sehingga berakibat gas kendaraan bermotor CO, HC, NOx, Sox dan partikulat Pb meningkat pula.

Berbagai jenis kendaraan atau alat transportasi setiap hari lalu lalang memadati ruas-ruas jalan tertentu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal inilah yang dikhawatirkan menurunkan kualitas udara yang signifikan. Pencemaran udara yang terjadi di hamper seluruh jalan Kota Yogyakarta, menurut Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota (KPDL, 2005) sebagian besar disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan berbahan baker bensin. Dijelaskan lagi bahwa sebagian jalan yang mengalami pencemaran ntara lain di simpang empat jalan Magelang, simpang empat Wirobrajan, simpang empat Galeria Mall, simpang empat Mirota Kampus, DPRD Provinsi DIY jalan Malioboro dan beberapa rusa jalan yang lain. Akibat secara riil dari tercemarnya udara itu antara lain meningkatnya penderita penyakit infeksi saluran pernafasan (Fia, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan selama lima tahun (1997-2002) di Provinsi DIY oleh Bapedalda Provinsi DIY dan diperkuat dengan hasil penelitian kualiktas udara ambient, menunjukkan adanya indikasi terus meningkatnya bebn pencemar di udara, baik dalam bentuk gas maupun dalam bentuk partikulat. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pencemaran CO mempunyai kandungan beban pencemaran udara yang paling tinggi, yaitu sekitar 72,4%, kemudian disusul pencemar HC dengan beban pencemarn sebesar 26,6% (Bapedalkda, 2003). Pada pemantauan kualitas udara ambient bulan April 2005 oleh KPDL Kota Yogyakarta, kadar CO sudah mencapai 27.550,0 µg/m3 atau mendekati baku mutu 30.000 µg/m3 serta berdasarkan hasil pengujian emisi kendaraan bermotor di wilayah Kota Yogyakarta tahun 2006 oleh Bapedalda dari jumlah 450 sepeda motor yang diuji sebsar 390 buah atau 87% yuang memenuhi baku mutu emisi kendaraan bergerak dan 60 buah atau 13% yang tidak memenuhi baku mutu emisi kendaraan bergerak sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor 167 Tahun 2003. kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena angka jumlah kendaran bermotor di DIY setiap tahun mengalami kenaikan.

Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO, sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (Wardhana, 2004). Pengaruh CO terhadap tubuh manusia terjadi karena reaksi antara O dengan hemoglobin (Hb) membentuk karboksihemoglobin (COHb) dalam darah, sehingga kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang, karena kestabilan COHb kira-kira 140 kali lebih besar daripada kestabilan oksihemolglibin (O2Hb). Konsentrasi COHb sebesar 10% - 80% dapat menimbulkan pengaruh yang fatal bagi tubuh manusia, yaitu kepala terasa pusing, mual, pandangan berkunang-kunang, pingsan, sesak atau kesukaran bernafas (asfiksia), bahkan bisa sampai menyebabkan kematian (Sunu, 2001).

HC jika berada di udara dalam jumlah yang banyak dan tercampur dengan bahan pencemar lain maka sifat toksiknya akan meningkat karena membentuk ikatan-ikatan baru dengan bahan pencemar lainnya yang disebut Polycyclic Aromatic Hidrocarbon (PAH) yang akan merangsang terbentuknya sel-sel kanker apabila terhisap ke dalam paru-paru (Wardana, 2004). Sementara itu pada hasil uji udara Tahun 2005 oleh Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta dikethui bahwa kadar HC rata-rata 186,1 µg/m3 hal ini sudah melebihi baku mutu udara ambient 160,0 µg/m3 (KPDL, 2005). Emisi HC dan CO dapat dikendalikan dari sumbernya dengan empat metode yaitu insinerasi, adsorbsi, absorbsi, dan konensasi (Sunu, 2001)

Salah satu media yang bersifat adsorbsi adalah arang aktif dan breksi batu apung. Breksi batu apung mempunyai struktur berpori-pori atau memiliki lorong-lorong sehingga memungkinkan terjadinya absorbsi molekul-molekul yang lebih kecil dari garis tengah saluran lorong tersebut (Anonim, 1997).

Arang aktif yaitu arang yang diproses sehingga mempunyai daya adsorpsi yang tinggi. Arang aktif dapat mengadsorbsi gas, hal ini dikarenakan daya afinitasnya yang tinggi (LIPI, 2005).

Glass wool, merupakan semacam kapas berserat mempunyai daya tahan panas yang tinggi, fungsi dari glass wool pada knalpot bersifat meredam suara, knalpot tidak cepat keropos dan cepat panas dan juga dapat sebagai filter (Afri, 2005)

Berdsarkan pertimbangan di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan cara menambahkan bahan absorben arang aktif dan breksi batu apung sebagai media penurunan kadar emisi CO dan HC sedangkan glass wool berfungsi sebagai meredam suara dan knalpot tidak cepat panas.

Di Posting Oleh Dorin Mutoif Poltekkes Depkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan

D/a : Munggu, RT 02 / RW 02 Gang Mlaten No 02 No Rumah 05, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia Kode Pos 54382








RUANG LINGKUP STUDI


A. Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

1. Rencana Usaha/Kegiatan

Lokasi kegiatan kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas bumi, terletak di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Pembangunan kawasan tersebut merupakan rencana strategis Pemerintah Daerah Kab. Lamongan bersama dengan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur. PT. Petrogas Wira Jatim adalah Badan Usaha Milik Daerah Propinsi Jawa Timur yang khusus bergerak di bidang pelayanan untuk industri minyak dan gas bumi di Jawa Timur. Pembangunan yang diusulkan merupakan konsep ‘toserba’ dimana akan menjadi Pusat Pelayanan Terpadu yang pertama untuk menawarkan fasilitas prima bertaraf Internasional. Suatu Pangkalan Pantai (Shore base) dapat disebut ideal apabila semua barang dan jasa yang dibutuhkan lapangan minyak terdapat dalam satu atap termasuk urusan bea cukai. Oleh karena itu, satu Pangkalan Pantai Migas Terpadu di Kabupaten Lamongan yang akan dibangun merupakan jawaban terhadap tantangan itu. Pangkalan Pantai Terpadu merupakan fasilitas serba ada, semua kebutuhan logistik terdapat dalam satu atap. Lokasi tersebut sangat representatif dan menguntungkan baik secara finansial maupun lingkungan pendukung lainnya, sbb :

  1. Letak lokasinya berada di dekat jalan Pantura dan merupakan keuntungan dalam hal kemudahan dan kelancaran angkutan barang.

  2. Jarak jangkauan memberikan keuntungan dalam hal akses dan distribusi barang serta bahan untuk keperluan industri minyak dan gas bumi lepas pantai terutama di wilayah Indonesia Kawasan Timur.

  3. Lokasinya berada di daerah yang relatif tanahnya masih kosong (belum dimanfaatkan), sehingga memudahkan pihak manajemen/investor melakukan pengelolaan lahan secara optimal sesuai dengan standar kebutuhan yang telah ditetapkan.

  4. Lokasinya sesuai dengan rencana pengembangan wilayah Kabupaten Lamongan yang secara Geografis merupakan daerah strategis untuk pelayanan pelabuhan di Indonesia Bagian Timur.


Pangkalan Satelit

Merupakan layanan gudang kecil dekat daerah operasi, yang akan menyediakan dan mengatur Layanan Pangkalan Satelit di lokasi operasi migas perusahaan yang membutuhkan.


Peta Lokasi

Lokasi Pangkalan Pantai terpadu terletak di Tanjung Pakis, Desa Sidokelar, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur (pantai Laut Jawa). Lokasi ini sangat strategis karena berada di tengah Lapangan Minyak Jawa Timur baik lapangan pantai maupn lapangan darat; dan juga terletak di tengah wilayah Indonesia, sehingga dapat melayani juga Kawasan Indonesia Timur dalam waktu dekat nanti. Lokasi ini termasuk daerah yang telah direncanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan untuk kegiatan pelabuhan, galangan kapal dan kawasan industri lainnya.


Fasilitas yang disediakan

  • Pangkalan pantai terpadu yang merupakan Kawasan Berikat seluas ±100 Ha dengan pagar Beton setinggi ±3 m untuk keamanan.

  • Jalan utama (boulevard 2 arah) dari jalan raya ke dermaga sepanjang ±1,5 km dan jalan di dalam kompleks yang lebar.

  • Dermaga sepanjang 200 m, lebar 22 m, dengan kedalaman 6 m dekat pantai dan 15 m di arah laut. Dermaga ini akan sanggup menerima kapal 42.000 DWT.

  • Helipad dengan standar Penerbangan International dan Standar Perusahaan Minyak Kelas Dunia.

  • Pergudangan dan lapangan penumpukan.


  • Perbengkelan dan workshop.

  • Kapal Penarikan (Trug Boat), Barge, FSO.

  • Kompleks Perkantoran dilengkapi dengan masjid, poliklinik, pertokoan, pusat rekreasi, bank, restaurant, fasilitas olah raga.

  • Perkampungan penghuni seluas ± 5 Ha.

  • Fasilitas Pemurnian Air Buangan.

  • Pasukan Pemadam Kebakaran dekat dermaga dan perkantoran serta fasilitas umum.

  • Satuan Keamanan profesional yang bekerja 24 jam sehari.


Jasa dan fasilitas lain

  • Pelayanan Helicopter.

  • Proses Inklaring dan Bea Cukai.

  • Penyediaan air bersih, bahan bakar minyak misalnya HSD, dan bahan kimia untuk operasi Drilling.

  • Listrik tersedia selama 24 jam penuh.

  • Pusat Pelayanan Komunikasi termasuk Komunikasi data melalui Satelit dan Komunikasi Kabel serta Nirkabel.

  • Pelayanan Pelayaran dan Bongkar Muat.

  • Manajemen Pelayaran yang menunjang operasi lepas pantai.

  • Pelayanan Pembelian Barang, Pembuatan Kontrak Kerja dan Expediting.

  • Layanan Charter Kapal dan Layanan Tambatan Kapal.

  • Transportasi Darat ke Pangkalan Satelit maupun ke Bandara Juanda.

  • Training Center Migas untuk Operasi Darat dan Lepas Pantai.


Pembangunan Tahap Pertama (Kawasan Terpadu Pelayanan Logistik)


  1. Persiapan Lahan

Penyiapan lahan diperlukan untuk kebutuhan lokasi pembangunan tahap pertama. Pada tahap ini diperlukan survei dan telah dilakukan diantaranya menentukan areal hijau atau menanam tumbuhan, menentukan batas wilayah dari tingkatan topografi yang diperlukan.

Penataan lahan disesuaikan dengan gambar yang ada, ditata secara rapih dan berkualitas, termasuk pemasangan tembok pada tanah-tanah lereng.

  1. Prasarana Jalan dan Saluran

Pembangunan jalan, saluran/pipa, tanah berumput, jalan aspal, rambu-rambu lalu lintas, layanan pipa silang, saluran dengan banyak akses, saluran air dan lain-lain.

    • Jalan yang dibangun memiliki lebar 20 m dan panjang 1200 m dan jalan yang memiliki lebar 30 m, panjang seluruhnya mencapai 2100 m.

  1. Dermaga dengan sistem buka-tutup

  • Pembangunan dermaga, panjang 200 m dan lebar 22 m.

  1. Pusat Kendali

Untuk keperluan operasional dermaga akan dibangun pusat kendali agar lalu lintas bias berjalan dengan baik.

  1. Fasilitas Gudang

  • Gudang, 4 los (120 m x 40 m gudang, total area 3,8 ha).

  • Gudang terbuka, 3-6 Ha area gudang terbuka untuk pipa dan peralatan umum

  1. Gedung Seminar

Luas gedung seminar 120 m x 50 m untuk fasilitas manufaktur, penyusunan dan pusat.

  1. Kegunaan Blok

Sebagai tempat penggantian kabel, air dan pipa, telekomunikasi, gas, sistem penyaluran kotoran, dan permintaan sarana yang lain berdasarkan standar lokal.

  1. Gedung Administrasi

Seluas 1 ha dengan pengembangan akan datang total 3 ha lengkap dengan M & E dan semua fungsi yang diperlukan telah diatur.

  1. Gedung Komersial

Seluias 1,25 ha, area perluasan dengan total 3,75 ha pusat makanan, kesehatan dan rekreasi.

  1. Fasilitas Parkir

  • Parkir Mobil – 3 lokasi total area 3,75 ha

  • Parkir kendaraan berat – 1,05 ha perluasan 3 ha

  • Lapangan Konteiner – 1,05 ha perluasan 3 ha


  1. Mess

      • Keamanan mess (berikut kantin)

Area 100 m x 100 m, perluasan 150 m x 100 m

      • Mess Pekerja

Area 100 m x 100 m, perluasan 200 m x 100 m

  1. Imigrasi / Bea Cukai

Termasuk dalam area 0,5 ha untuk kantor, pegawai bea cukai, keamanan, dan pintu utama.

  1. Beraneka Ragam Tambahan

Pagar kokoh sepanjang batas yang diminta dan keperluan lainnya.

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan site plan peta tahapan pembangunan shore base pada halaman lampiran.


2. Komponen Kegiatan yang Ditelaah

Pembangunan kawasan terpadu pelayanan logistik meliputi 3 (tiga) tahap yaitu Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Tahap Operasi/Pasca Konstruksi.

  1. Tahap Pra Konstruksi

    1. Pembebasan Lahan

Pembebasan lahan merupakan langkah awal untuk menentukan luasan areal yang digunakan untuk rencana usaha, dan pendataan status kepemilikan lahan dari hasil pengukuran di lokasi dilakukan secara bertahap. Adapun pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan aparat desa setempat. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengukuran dan rencana pembebasan yang akan dilakukan. Upaya pembebasan dilakukan dalam 3 tahap dengan jumlah seluruh luasan ± 100 ha.

    1. Survei dan Sosialisasi

Pelaksanaan survei dan sosialisasi dilakukan untuk menjaring aspirasi masyarakat agar mengetahui rencana kegiatan kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas bumi di Desa Kemantren Kecamatan Paciran. Pemberian sosialisasi kepada masyarakat sekitar rencana proyek, diharapkan mendapat masukan-masukan untuk aktivitas pembangunan sesuai dengan yang dikehendaki bersama. Lokasi kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas bumi yang terletak di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, sesuai RTRK Kabupaten Lamongan dan Revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK) Ibukota Kecamatan Paciran dan ketentuan dari Desa Kemantren dan Desa Sidokelar, Kecamatan Paciran, lokasi tersebut dapat digunakan untuk mendirikan kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas. Di lokasi tersebut saat ini telah berdiri beberapa industri dan kegiatan galian golongan C (batu kapur). Tindakan sosialiasi rencana proyek diharapkan sebagai jembatan komunikasi kepetingan masyarakat dengan pengusaha/ pengelola dan Pemerintah Kabupaten Lamogan, sehingga dapat terjalin sinergis dan sikronisasi kegiatan. Selain itu sosialisasi kepada masyarakat merupakan salah satu unsur kewajiban pemrakarsa sesuai Keputusan Kepala Bapedal No.: 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi pada Proses AMDAL, dengan maksud dan tujuan sbb:

        1. Melindungi kepentingan masyarakat;

        2. Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

        3. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL dari rencana usaha dan/atau kegiatan; dan

        4. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak-hak semua pihak untuk mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak menyampaikan informasi yang harus diketahui pihak lain yang terpengaruh.

Prinsip dasar pelaksanaan dari keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses analisis dampak lingkungan hidup adalah :

  1. Kesetaraan posisi di antara pihak-pihak yang terlibat;

  2. Transparansi dalam pengambilan keputusan;

  3. Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana; dan

  4. Koordinasi, komunikasi, dan kerjasama di kalangan pihak-pihak yang terkait.

Pelaksanaan konsultasi publik dalam bentuk sosialisasi tentang rencana kegiatan dan dampak yang ditimbulkan, telah dilakukan di Pendopo Kabupaten Lamongan yang dihadiri oleh para pejabat struktural, LSM, dan tokoh masyarakat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan pada tanggal 24 Oktober 2003 Jam 13.00 sampai 15.00. Sosialisasi berikutnya di Balai Desa Kemantren, Kecamatan Paciran pada tanggal 24 Oktober 2003 Jam 19.00 sampai 23.00, diikuti oleh 40 peserta yang merupakan perwakilan masyarakat dari kedua Desa (Kemantren dan Sidokelar). Pengumuman tentang rencana usaha yang dilakukan di media cetak Duta Masyarakat dan Radar Bojonegoro pada tanggal 21 Oktober 2003. Dari pelaksanaan sosialisasi tersebut diharapkan ada masukan, saran dan kritik untuk pemrakarsa, sehingga dapat mengembangkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang akan ditimbulkan dari rencana kegiatan tersebut.


    1. Perencanaan kegiatan dan pengukuran hasil survei

Perencanaan kegiatan dan pengukuran hasil survei di lapangan digunakan untuk perencanaan block plane yang meliputi Pangkalan Pantai Terpadu, Jalan Utama (boulevard 2 arah), Dermaga, Helipad, Pergudangan dan Lapangan Penumpukan, Perbengkelan dan Workshop, Kapal Penarikan (Trug Boat), Barge, FSO, Kompleks Perkantoran dilengkapi dengan masjid, poliklinik, pertokoan, pusat rekreasi, bank, restaurant, fasilitas olah raga, perkampungan penghuni seluas 5 ha, Fasilitas Pemurnian Air Buangan, Pasukan Pemadam Kebakaran dan Satuan Keamanan profesional. Dalam merencanakan block plane didasarkan pada klarifikasi rencana perolehan ijin untuk penggunaan tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur mengenai hal-hal sbb :

      • Batas sempadan jalan dan sempadan bangunan sesuai petunjuk dari instansi terkait;

      • Saluran yang ada harus tetap dipelihara agar berfungsi dengan baik dengan memperhatikan batas sempadan saluran;

      • Pengaturan saluran sanitasi / drainase dan pembuatan kontrol;

      • Luas bagian tanah yang terbangun dan yang terbuka (open space) sesuai petunjuk dari instansi teknis yang berwenang;

      • Dalam penataan letak bangunan harus diupayakan untuk menghindari bahaya kebakaran dan memudahkan dalam mengatasi apabila terjadi kebakaran;

      • Penyediaan tempat parkir khusus dalam lokasi dan pengaturan jalan keluar masuk kendaraan yang memadai agar tidak mengganggu arus lalu lintas kendaraan umum pada ruas jalan yang ada.

Berdasarkan Block plan yang telah disetujui oleh Bupati Lamongan, maka dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan untuk memulai pembangunan. Pengukuran ini dilakukan oleh pemrakarsa atau kontraktor pelaksananya.


  1. Tahap Konstruksi

    1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Pembangunan akan memerlukan tenaga kerja dari berbagai macam jenis dan disiplin ilmu, sehingga tenaga kerja yang tidak tersedia di sekitar lokasi akan didatangkan dari luar daerah.

    1. Mobilitas Peralatan dan Material

Pengangkutan material/bahan bangunan dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan seperti buldoser, cangkul, back hoe, perataan tanah dan sebagainya. Lokasi pembangunan aksesnya mudah dicapai, sehingga pengangkutan material yang diperlukan untuk pembangunan mudah dijangkau bagi kendaraan besar ataupun kecil. Selain itu lahan yang berbatasan langsung dengan lokasi pembangunan industri masih lahan kosong berupa tanah tegalan yang cukup luas.

    1. Pekerjaan Tanah

Kegiatan pemindahan material dan pemotongan (pengurugan dan perataan) bukit dengan proses peledakan.

    1. Reklamasi Pantai

Kegiatan pengurugan pantai seluas 10 ha yang nantinya untuk kegiatan perkantoran dan dermaga, yang dikerjakan secara bertahap dengan prosedur sbb:

  1. Menetapkan letak titik-titik batas area yang akan direklamasi dengan survei geodetik dan memberi tanda;

  2. Pekerjaan reklamasi mencakup luasan tertentu (+ 50 m x 50 m) sebagai luasan efektif untuk pekerjaan pemadatan setinggi + 2,5 m dari elevasi muka air laut. Pekerjaan pemadatan dilakukan dengan menggunakan Buldozer;

  3. Area yang akan dipadatkan diawali dengan memberi batuan yang mengelilingi/menyelimuti area dengan lebar 10 m sebagai tanggul untuk melindungi dari gelombang air laut dan sekaligus untuk jalur pengangkutan;

  4. Pengangkutan material dari lokasi quarry dengan dump truck. Proses pemuatan material dilakukan dengan alat Excavator;

  5. Penimbunan material di dalam area mulai dari daratan ke arah laut secara bertahap sampai mencapai ketinggian + 2,5 m dari muka air laut;

  6. Pekerjaan dilakukan pada area yang lain dengan prosedur yang sama;

  7. Setelah seluruh area rencana yang direklamasi mencapai elevasi 2,5 m dari muka air laut, proses pengurugan dilanjutkan sampai mencapai elevasi + 7 m dari elevasi muka air laut. Proses penimbunan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan 1 m), dan dipadatkan dengan Roller. Hasil pemadatan dilakukan pengujian sand cone test;

  8. Pemadatan sampai dengan ketinggian 2,5 m dari muka air laut dilakukan dengan Buldozer dan untuk masing-masing lapisan di atas ketinggian + 2,5 m dari muka air laut dipadatkan dengan Roller;

  9. Pada daerah batas dari area yang direklamasi diberi pengaman dengan bahan geotexstile non woven yang berfungsi sebagai penyaring (filter) terhadap proses sedimentasi;

  10. Pada lapisan bawah bangunan pengaman menggunakan bahan batuan dengan berat tertentu (5-15 kg), lapisan pertama sampai mencapai ketinggian +0,00 m dari muka air laut dan kemudian filter tersebut dapat dipasang.

  11. Setelah filter terpasang di lapisan pertama sampai selesai, dilanjutkan dengan pengisian material urug pada area di antara bangunan pengaman dan area reklamasi sampai mencapai ketinggian + 0,00 m dari muka air laut;

  12. Pembangunan lapisan kedua dari batuan tersebut sampai + 1 m di atas muka air laut akan diikuti dengan pemasangan filter (geotextile non woven);

  13. Setelah bangunan tersebut selesai, dilanjutkan dengan batuan yang berukuran lebih besar (200-220 kg) yang dapat dilakukan secara pararel dengan pekerjaan pengurugan di area reklamasi tahap kedua;

  14. Pekerjaan reklamasi tahap kedua dilaksanakan bertahap dengan ketebalan lapisan 1 m dan diikuti dengan dengan test sand cone untuk setiap lapisan sampai elevasi + 7,0 m dari muka air laut; dan

  15. Pengujian dengan alat sand cone dimulai pada elevasi 2,5 m dari muka air laut.


    1. Pembangunan Fisik (Gedung, Gudang dan Pendukung lainnya)

Pembangunan fisik kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas dimulai dengan membangun dermaga (dredging), kegiatan cut & fill, jalan utama, reklamasi pantai, perkantoran, pergudangan, helipad, Fasilitas Pemurnian Air Buangan, dan Perkampungan penghuni (kegiatan teknik sipil).

    1. Pembangunan Dermaga

Pembangunan dermaga diperlukan sebagai tempat merapatnya kapal yang akan mengangkut material dan bahan kimia untuk keperluan industri pengeboran minyak dan gas bumi di lepas pantai.

  1. Tahap Operasi

Tahap operasional dari kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas di Lamongan terbagi dalam tiga kegiatan utama, yaitu :

    1. Kegiatan Ketenagakerjaan

Kegiatan ketenagakerjaan dimulai dengan pendataan jumlah kebutuhan tenaga kerja, penerimaan tenaga kerja melalui seleksi dan penempatan tenaga kerja hasil proses seleksi, serta pembinaan professional pekerja melalui pelatihan-pelatihan.

Dalam penerimaan pegawai diutamakan dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal di desa Kemantren dan desa Sidokelar agar dapat memberikan manfaat bagi kedua desa tersebut.

    1. Kegiatan Transportasi / Mobilitas Barang

Kegiatan transportasi/mobilitas barang merupakan kegiatan pemindahan barang dan bahan yang berasal dari luar untuk disimpan di gudang dan juga pengangkutan barang dan bahan dari gudang menuju ke pelabuhan serta kegiatan pengangkutan dari pelabuhan menuju ke industri pengeboran minyak lepas pantai.

    1. Kegiatan Dermaga (Bongkar Muat)

Kegiatan bongkar muat yang terjadi di dermaga akan menimbulkan dampak pada kepadatan arus lalulintas laut. Dampak lain yang juga akan timbul adalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

    1. Kegiatan Perkantoran dan Pergudangan

Kegiatan perkantoran dan pergudangan pada kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas lebih difokuskan pada limbah yang akan dihasilkan. Aktivitas pengolahan limbah dan pembuangan limbah akan berpengaruh pada pola penyakit, pencemaran pantai dan pencemaran daratan.



Tabel 2.1. Identifikasi Dampak Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan

No


Komponen

Pra-Konstruksi

Konstruksi

Pasca Konstruksi


Lingkungan

1

2

1

2

3

4

5

6

1

2

3

4


FISIK KIMIA













1

Kualitas Udara














- Debu & Gas Buang




X

X





X




- Kebisingan




X

X





X




- Getaran




X

X





X



2

Hidrologi














- Kualitas Air Tanah











X



- Limpasan Air Permukaan





X








3

Hidro Osceanografi














- Lalu Lintas Air Laut











X



- Kualitas Air Laut











X


4

Ruang, Tanah & Lahan














- Tata Guna Lahan





X









- Tanah





X









- Estetika Wilayah





X









- Sarana Prasarana




X






X




- Transportasi




X

X





X




BIOLOGI













5

Flora Darat





X








6

Fauna Darat





X








7

Biota Air Laut














- Plankton & Benthos











X



- Trumbu Karang











X



- Ikan











X



SOSIAL EKONOMI BUDAYA













8

Ekonomi














- Pendapatan Masyarakat



X

X





X


X



- Kegiatan Ekonomi



X

X





X




9

Sosial














- Kesempatan Kerja



X






X


X



- Peluang Usaha



X










10

Budaya














- Situs Budaya





X









- Sikap & Persepsi

X

X

X


X




X

X

X



- Konflik Sosial

X

X

X


X




X

X

X



KESEHATAN MASYARAKAT













11

Keselamatan Kerja




x

x

x

X

x


x

X

X

12

Sanitasi Lingkungan











X

X

13

Vektor Penyakit











x

X

14

Pola Penyakit











x

x

KETERANGAN :

A.TAHAP PRA-KONSTRUKSI B. TAHAP KONSTRUKSI C. TAHAP OPERASI

1. Studi Perencanaan & Sosialisasi 1. Mobilisasi Tenaga Kerja 1. Ketenagakerjaan

2. Penyiapan Lahan 2. Mobilisasi Peralatan & Material 2. Mobilisasi Bahan & Barang

3. Pembangunan Gedung, Gudang 3. Aktivitas Dermaga

& Fasilitas Pendukung 4. Perkantoran & Pergudangan

4.Pembangunan Dermaga

5.Pekerjaan Tanah

6.Reklamasi












Bagan 2.1. Identifikasi Dampak Kegiatan Kawasan Terpadu Pelayanan Logistik untuk Industri Minyak dan Gas Bumi


Tahapan Proyek

Kegiatan

Komponen

Lingkungan

Dampak

Orde 1

Dampak

Orde 2

























Keselamatan Kerja

Rawan Kecelakaan Kerja
















Keselamatan Kerja


















Kualitas Air Laut


Pencemaran Air Laut





Pekerjaan Kons-truksi & bawah Air











Pemotongan bukit, pe-rataan & pengurukan

















































Keselamatan Kerja

Aktivitas Mobilisasi Bahan/ Barang


Rawan Kecelakaan Kerja















Keselamatan Kerja


Sanitasi Lingkungan







Keselamatan Kerja

Penyakit & Kecelakaan Kerja



Bagan 2.4. Identifikasi Dampak dan Isu Pokok Pada Tahap Pra Konstruksi Kegiatan

Kawasan Terpadu Pelayanan Logistik Untuk Industri Minyak dan Gas Bumi



Tahapan Proyek

Kegiatan

Dampak

Potensial

Dampak

Penting Hipotesis

Isu-Isu

Pokok




  • Kepuasan masyarakat terhadap adanya ren-cana kegiatan LIS


  • Keresahan masyarakat akibat kegiatan survei, sosialisasi, penguku-ran lahan dan ganti untung tanah


  • Persepsi positif ma-syarakat terhadap proyek akan membe-rikan peluang kerja


  • Ketidakpuasan masya-rakat terhadap pem-bebasan lahan



























Bagan 2.5. Identifikasi Dampak dan Isu Pokok Pada Tahap Konstruksi

Kegiatan Kawasan Terpadu Pelayanan Logistik Untuk Industri Minyak dan Gas Bumi



Tahapan Proyek

Kegiatan

Dampak

Potensial

Dampak

Penting Hipotesis

Isu-Isu

Pokok




  • Terbukanya peluang kerja bagi masyarakat di sekitar proyek


  • Terbukanya peluang usaha untuk keperlu-an karyawan dan laya-nan jasa lainnya


  • Rusaknya sebagian trumbu karang dan flora pantai


  • Berkurangnya popu-lasi ikan


  • Menurunnya hasil tangkapan nelayan


  • Rawan terjadinya kecelakaan kerja


















Keselamatan Kerja



Rawan Kecelakaan Kerja









Kegiatan


Dampak Potensial

Dampak Hipotesis

Isu-Isu Pokok

Lanjutan Bagan 2.5.

Tahapan















Keselamatan Kerja


Rawan Kecelakaan Kerja



















Kegiatan


Dampak Potensial

Dampak Hipotesis

Isu-Isu Pokok

Lanjutan Bagan 2.5.

Tahapan

































Bagan 2.6. Identifikasi Dampak dan Isu Pokok Pada Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan Kawasan Terpadu Pelayanan Logistik Untuk Industri Minyak dan Gas Bumi


Tahapan Proyek

Kegiatan

Dampak

Potensial

Dampak

Penting Hipotesis

Isu-Isu

Pokok




  • Terbukanya peluang kerja bagi masyarakat di sekitar proyek


  • Terganggunya aktivitas nelayan & berkurangnya hasil perolehan nelayan


  • Terbukanya peluang usaha


  • Pencemaran laut dari limbah cair & limbah padat


  • Sanitasi Lingkungan & Vektor Penyakit


  • Penyakit & Kecelakaan Kerja


  • Pola penyakit dari faktor lingkungan kerja, sanitasi, dan vektor penyakit
























Rawan Kecelakaan Kerja



Keselamatan Kerja


d. Kegiatan Lain di Sekitar Proyek

Kegiatan lain yang berada di sekitar wilayah proyek adalah industri yang berada di Desa Kemantren dan Desa Sidokelar. Berdasarkan data statistik, jumlah industri yang ada di kedua desa tersebut sbb :

Tabel 2.2. Jumlah Industri yang Ada di Desa Kemantren dan

Desa Sidokelar

No

Desa

Industri Kecil

Industri Sedang

Industri Besar

1

Kemantren

-

22

1

2

Sidokelar

3

1

-

Jumlah

3

23

1

Sumber data : Perencanaan Umum Tata Ruang Kota Th. 2000

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa di desa Kemantren banyak industri yang berpotensi mencemari lingkungan lingkungan. Industri yang masuk skala besar adalah : industri pengolahan aki bekas menjadi timah. Dari kegiatan tersebut diperkirakan akan menghasilkan dampak lingkungan karena mengolah limbah B3. Kegiatan lain yang juga berada di wilayah desa Kemantren ada industri sedang yang jenisnya beraneka ragam. Kegiatan industri sedang tersebut masing-masing juga menghasilkan limbah dan berpotensi mencemari lingkungan.

Berdasarkan hasil identifikasi lapangan terdapat juga kegiatan lain yang merusak lingkungan, yaitu penambangan batu kapur yang dilakukan secara besar-besaran. Kegiatan penambangan ini menimbulkan pencemaran udara berupa debu yang berasal dari pengangkutan material hasil penambangan berupa batu kapur.


B. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

Lokasi kegiatan pembangunan kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas bumi di Desa Kemantren dan Desa Sidokelar, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan merupakan daerah pantai dengan vegetasi tanaman bakau dan jenis-jenis tanaman pantai lainnya. Kondisi pantai pada rencana kegiatan tersebut masih merupakan lokasi yang belum pernah dilakukan aktivitas pembangunan (kondisi alami). Keadaan pantai ini berupa batu karang alami, yang kearah daratan merupakan tanah berpasir. Daerah pemukiman yang termasuk wilayah tapak proyek adalah Desa Kemantren dan Desa Sidokelar yang secara geografis merupakan dua desa yang berdekatan, dan pola kehidupan masyarakatnya sama. Mata pencaharian penduduk dari kedua desa tersebut, sebesar lebih dari 65% sebagai nelayan, yang pada waktu-waktu tertentu juga bertani sebagai pekerjaan sambilan. Kondisi ekosistem di kedua daerah tersebut sama, sehingga komponen lingkungan yang terdiri dari fisik, kimia, biologi, ekonomi dan sosial di kedua desa tersebut hampir sama.

Pembangunan kawasan terpadu pelayanan logistik untuk industri minyak dan gas bumi yang berada pada kedua desa diprediksi akan menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Lebih lanjut perubahan komponen lignkungan akibat proyek tersebut dapat dijeaskan sbb:

    1. Komponen Fisik Kimia

Kajian tentang komponen Fisik Kimia terdiri dari :

    1. Perubahan tata guna lahan meliputi peruntukan lahan dan pengembangan wilayah khususnya wilayah pantai yang disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang Dengan kedalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK) Ibukota Kecamatan Paciran Tahun 2000-2010

    2. Kualitas air laut meliputi kondisi fisik air, komposisi kimia dan biologi terutama dititikberatkan wilayah perairan di sekitar rencana pembangunan dermaga. Untuk mendapatkan data aspek kualitas air tersebut dilakukan pengukuran dan sampling langsung di lapangan yang pengukurannya dilakukan oleh BBTKL-PPM Surabaya.

    3. Kualitas air meliputi kondisi fisik air, komposisi kimia dan biologi terhadap air sumur penduduk. Untuk mendapatkan data aspek kualitas air tersebut dilakukan pengukuran dan sampling langsung di lapangan yang pengukurannya dilakukan oleh BBTKL-PPM Surabaya.

    4. Kajian iklim, curah hujan dan arah angin data sekunder. Sedangkan kualitas udara yang meliputi kebisingan dan debu dilaksanakan dengan melakukan pengukuran langsung dilapangan. Aktivitas pengukuran data primer dilakukan oleh BBTKL-PPM Surabaya.

    5. Kajian kualitas tanah dilaksanakan dengan data sekunder diharapkan dapat mengetahui kondisi tanah daerah studi serta kemungkinan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat kegiatan tersebut.

          1. Komponen Biologi

Kajian komponen Biologi meliputi aspek flora, fauna.

            1. Flora Darat

Kajian terhadap komunitas tumbuh-tumbuhan didasarkan pada inventarisasi jenis dan nilai ekonomis di dalam lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya.

            1. Fauna Darat.

Kajian terhadap potensi fauna meliputi deskripsi jenis, pergerakan dan potensi pemanfaatan, potensi hama penyakit yang sangat terkait dengan pola dan kehidupan masyarakat di lokasi rencana kegiatan dengan memanfaatkan data sekunder dan data primer.

            1. Ikan.

Kajian terhadap populasi dan jenis ikan yang berada di perarian pantai didasarkan pada jenis dan jumlah ikan yang berhasil ditangkap oleh nelayan. Untuk jenis ikan diprioritaskan kepada jenis yang mempunyai nilai ekonomi bagi nelayan sebagai hasil dari mata pencahariannya.

            1. Terumbu Karang

Kajian terhadap terumbu karang didasarkan pada pengamatan langsung di lapangan dan kajian-kajian pustaka serta data sekunder yang menjelaskan tentang kondisi terumbu karang di wilayah pantai tersebut.

            1. Plankton dan Benthos

Kajian plankton dan benthos dilakukan pada perairan laut wilayah pantai, untuk lokasi di rencana tapak proyek pengambilan data dilakukan oleh BBTKL-PPM Surabaya.


3. Komponen Sosial Ekonomi Budaya

Kajian soaial, ekonomi budaya adalah pola kegiatan masyarakat di sekitar lokasi studi terutama pada kesempatan kerja, pemanfaatan lahan, dan sumberdaya, pola perpindahan penduduk dari daerah studi atau sebaliknya, kondisi kesehatan masyarakat beserta fasilitas kesehatan yang tersedia, dengan penjelasan sbb:

      1. Sosial Ekonomi

        1. Kesempatan Kerja / Berusaha

Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam mensukseskan program-program pembangunan. Oleh karena itu kebutuhan sumber daya manusia yang terampil pada kegiatan proyek banyak dibutuhkan, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kesempatan kerja penduduk di sekitarnya. Keberadaan proyek tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran secara maksimal.

      1. Pendapatan Penduduk

Faktor pendukung peningkatan pendapatan penduduk dan pemerintah daerah di daerah studi adalah meningkatnya kegiatan perekonomian. Akibat adanya proyek tersebut perubahan mata pencaharian yang diikuti dengan meningkatnya pendapatan merupakan dampak positif yang sangat diharapkan oleh masyarakat.

      1. Kegiatan Perekonomian

Meningkatnya kegiatan perekonomian menyebabkan kesempatan berusaha akan lebih terbuka. Adapun usaha yang prospeknya baik dengan beroperasinya rencana kegiatan, antara lain usaha warung dan toko untuk memenuhi kebutuhan/permintaan karyawan. Pada umumnya penduduk / pekerja baru tidak membawa keluarga dan sebagian belum berkeluarga, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari akan lebih cenderung membeli di toko atau warung makan terdekat. Oleh karena itu, usaha toko atau warung makan merupakan salah satu alternatif sumber pendapatan baru.

      1. Sosial Budaya

        1. Keresahan Masyarakat

Keresahan masyarakat disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan antara lain : pembebasan tanah, lalu lintas kapal dan transportasi darat. Keresahan masyarakat juga terjadi pada penerimaan pekerja yang mengutamakan dari luar daerah, serta permintaan masyarakat kepada perusahaan yang tidak dikabulkan. Terjadinya keresahan masyarakat akan mengakibatkan adanya gangguan aktivitas penduduk maupun proyek, sbb:

    • Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan Hidup

Penciptaan suatu lingkungan hidup manusia yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan yang lestari tidak hanya tercermin dari upaya sekedar memelihara keseimbangan ekologi tetapi juga mengelola sumber daya secara ekonomis dan mengendalikan lingkungan. Idealnya, penciptaan lingkungan hidup juga mengharuskan kelompok-kelompok sosial mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara hidup dari alam sekitarnya menurut pikiran masing-masing.


          1. Komponen Kesehatan Masyarakat

Kajian komponen kesehatan masyarakat merupakan dampak kesehatan masyarakat yang mungkin terjadi akibat kegiatan proyek, meliputi:

      1. Keselamatan kerja

Dampak keselamatan kerja adalah adanya potensi terjadinya kecelakaan kerja dari kegiatan konstruksi dan operasi. Pada tahap konstruksi sebagai sumber kecelakaan kerja adalah mobilisasi peralatan berat, pemotongan bukit dengan peledakan, pengangkutan material, penimbunan dan perataan tanah, pembangunan gedung dan fasilitasnyanya, dan pembangunan pelabuhan. Pada tahap operasi, juga masih berpotensi timbulnya kecelakaan kerja dari kegiatan pengelolaan bahan dan peralatan dagangan yang berupa peralatan berat, serta kegiatan bongkar muat di dermaga. Untuk itu perlunya upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3), ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja, serta bekerja sesuai prosedur.

      1. Sanitasi lingkungan

Dampak sanitasi lingkungan diprediksi akan timbul pada tahap operasi, berupa menurunnya kualitas lingkungan. Sebagai sumber masalahnya antara lain: timbulnya sampah dan limbah cair yang mencemarai lingkungan, yang bersumber dari kegiatan proyek (toko dan dermaga) dan sekitar proyek (warung, toko kelontong, permukiman baru, dll). Apabila tidak dikelola dengan baik, kondisi sanitasi lingkungan akan menurun, diikuti dampak kesehatan masyarakat lainnya.

      1. Vektor penyakit

Vektor penyakit seperti lalat, kecoa, dan tikus diprediksi akan berkembang populasinya seiring dengan kegiatan tahap operasi. Hal yang menarik perkembangan vektor ini adalah kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik. Adanya dampak selanjutnya

      1. Pola penyakit

Sebagai dampak lanjutan dari adanya dampak sanitasi lingkungan dan vektor penyakit pada tahap operasi, diprediksi akan menjadi potensi timbulnya kejadian penyakit, baik bagi karyawan di lokasi proyek maupun masyarakat sekitarnya. Selain faktor sanitasi lingkungan dan vektor penyakit, bagi karyawan juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang ada hubungannya dengan pekerjaan, misalnya gangguan pendengaran akibat bising. Seiring dengan perjalanan tahap operasi dan perkembangan sekitar proyek, diprediksi akan merubah pola penyakit yang sekarang ini ada, kearah yang lebih buruk. Untuk itu, perlu diantisipasi dengan pengelolaan lingkungan yang baik, sehingga makin buruknya pola penyakit dapat dicegah.


        1. Isu-isu Pokok

Hasil diskusi dan sosialisasi AMDAL pada tanggal 24 Oktober 2003 di tingkat kabupaten dan di tingkat desa (Desa Kemantren dan Desa Sidokelar) menghasilkan masukan untuk menetapkan isu-isu penting sbb :

1. Pembangunan shore base memperhatikan fasilitas pokok serta fasilitas penunjang seperti penampungan dan pengelolaan limbah, jaringan air limbah, drainase, sampah dan fasilitas penyimpanan bahan berbahaya, serta memberikan fasilitas umum bagi masyarakat sekitar.

2. Menjaga dan memelihara aspek pelestarian lingkungan dan fungsi keamanan dan keselamatan pelayaran, serta pengendalian pencemaran laut yang berasal dari kapal.

3. Menjaga kelestarian lingkungan (penghijauan) kawasan pesisir dan suaka alamnya, serta ekosistem laut, memperhatikan dampak terhadap kerusakan flora dan fauna darat maupun laut.

4. Memperhatikan aspek budaya masyarakat setempat seperti situs di Kemantren, makop R. Sepaku Pertapaan, sumur sepaku dan sumur di tengah laut, serta memperhatikan pengelolaan limbah padat dan cair akibat dampak yang ditimbulkannya.

5. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak berupa bantuan sosial, kesehatan, dan fasilitas umum (pendidikan, ibadah), serta mengutamakan tenaga kerja lokal, dan memberikan pelatihan.

6. Pembangunan dermaga merupakan aktivitas proyek yang akan merubah lingkungan pantai dengan cara mendirikan bangunan landasan dermaga dan melakukan pengerukan dasar pantai di sekitar dermaga, hal tersebut akan membawa pengaruh kehidupan biota perairan diantaranya adalah plankton, benthos, terumbu karang, ikan dan mangrove.

Berdasarkan dari hasil sosialisasi, pelingkupan dan identifikasi dampak penting, dihasilkan isu-isu pokok sbb :

1. Tahap Pra konstruksi

Kegiatan penyiapan lahan (pembebasan tanah) menimbulkan keresahan masyarakat, terutama tentang besarnya ganti rugi. Sosialisasi terhadap rencana kegiatan juga menimbulkan persepsi positif karena ada harapan masyarakat untuk mendapatkan kesempatan kerja di proyek tersebut.

2. Tahap Konstruksi

  • Kegiatan mobilitas peralatan dan material akan menyebabkan timbulnya dampak kepadatan lalu lintas serta menurunnya kualitas udara.

  • Kegiatan mobilitas tenaga kerja memberikan dampak adanya peluang kerja dan peluang usaha bagi masyarakat sekitarnya.

  • Kegiatan pekerjaan tanah dampak yang ditimbulkan adalah hilangnya vegetasi pohon, anggapan negative masyarakat, rawan kecelakaan kerja adanya getaran akibat peledakan, dan penurunan kualitas udara.

  • Kegiatan pembangunan gedung, gudang, dan fasilitas pendukung menimbulkan dampak pada penataan situs budaya, penghijauan dan pelestarian alam. Dampak negatif yang timbul adalah rusaknya terumbu karang dan berkurangnya mangrove yang akhirnya akan berakibat pada berkurangnya populasi ikan.

  • Kegiatan Reklamasi dampak yang ditimbulkan adalah hilangnya biota laut, terjadinya abrasi pantai, dan anggapan negatif masyarakat.

3. Tahap Operasi

  • Kegiatan penerimaan tenaga kerja menimbulkan dampak meningkatnya pendapatan dan peluang usaha, yang kemudian berpengaruh pada meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat. Dampak lain yang timbul adalah : meningkatnya kesempatan kerja dan kerawanan sosial, yang akhirnya akan menimbulkan dampak ikutan berupa perubahan perilaku masyarakat.

  • Kegiatan mobilitas barang dan bahan akan menimbulkan dampak pada peningkatan arus lalu lintas di darat yaitu terganggunya aktivitas nelayan dan pencemaran air laut, terjadinya rawan kecelakaan kerja, menurunnya sanitasi lingkungan dan terjadinya perkembangan vektor, sedangkan transportasi di darat menyebabkan rawan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

  • Keberadaan dermaga juga menyebakan meningkatnya jumlah kapal-kapal yang berada perairan tersebut, sehingga dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas perairan laut yang membawa akibat juga aktivitas nelayan dalam melakukan penangkapan ikan di laut.

  • Kegiatan perkantoran dan pergudangan, khususnya pembuangan limbah akan berdampak pada pencemaran laut oleh sampah dan minyak, serta adanya timbunan sampah organik di sekitar lokasi proyek, yang berdampak lanjutan berupa menurunnya sanitasi lignkungan dan meningkatnya perkembangan vektor, yang pada akhirnya akan merubah pola penyakit.



D. Lingkup Wilayah Studi

Wilayah studi ini merupakan resultante dari batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi.



  1. Batas Proyek

Batas proyek di sini adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini dicantumkan dalam koordinat (peta site plan). Wilayah batas proyek berada di wilayah Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

2. Batas Ekologis

Batas ekologis di sini adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan (peta batas ekologis).

3. Batas Sosial

Batas sosial di sini adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial, mempunyai norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-pihak yang terkait dalam studi ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok masyarakat yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami perubahan mendasar akibat aktifitas usaha dan/atau kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar.

Namun berpotensi diluar batas proyek dan ekologis yang berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Wilayah batas sosial meliputi dua desa yaitu desa Kemantren dan Desa Sidokelar di Kecamatan Paciran.

4. Batas Administratif

Batas administratif di sini adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana, waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai (pada Desa Kemantren dan Desa Sidokelar).

Di Posting Oleh Dorin Mutoif Poltekkes Depkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan

D/a : Munggu, RT 02 / RW 02 Gang Mlaten No 02 No Rumah 05, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia Kode Pos 54382